Senin, 09 Desember 2013

Tokyo Tower: Mom, Me, and Sometimes Dad

Sampai sekarang kepala masih pusing. Maklum, gue nggak bisa nangis soalnya kalau nangis bisa sakit mulai dari flu, sakit kepala, demam, dsb. Tapi gue malah kebanyakan menangis kemarin. Mungkin air matanya bisa bikin banjir saking banyaknya. Emang kenapa bisa nangis separah itu? Tenang-tenang, ini bukan karena body or mind yang tersakiti. Ini karena gue nonton drama. hihihihihihi. Lebay yak?

Tapi serius, ini drama emang asli sedihnya tujuh langit. Dari episode 1 sampai 11 (ending) ngucur terus deh. Kalau nggak percaya, kalian bisa nonton juga, judulnya "Tokyo Tower: Mom, Me, and Sometimes Dad." Nonton yang versi drama-nya ya, bukan yang film. Soalnya kalau menurut gue sih, film-nya agak ngebosenin.



Kalau soal drama penuh makna, Jepang emang ahlinya. Drama ini bercerita tentang seorang anak laki-laki, Masaya dan ibunya. Mereka tinggal berdua setelah orang tua Ma-kun (nama panggilan Masaya) memutuskan untuk hidup terpisah. Soalnya si ayahnya suka mabuk dan rada aneh ya orangnya. Di sini kita diperlihatkan bagaimana besarnya kasih sayang seorang ibu, bagaimana dia rela mengorbakan segala-galanya demi mengukir senyuman di wajah anaknya. Seperti si ibu rela mengurangi waktu makannya supaya bisa bekerja lebih banyak demi membiaya keperluan anak, banting tulang buat beli barang  kesukaan anaknya, dan masih banyak lagi.




Nah, seiring berjalannya waktu, Ma-kun kecil yang manja sudah besar dan mau lanjut kuliah di Tokyo. Si ibu mengijinkan Ma-kun untuk pergi dan bekerja lebih giat supaya bisa kirim uang yang banyak untuk anaknya di Tokyo. Salah satu momen yang paling mengharukan itu pas si Ma-kun mau ke Tokyo, ibunya mau ngantar tapi dia menolak. Pas Ma-kun sudah di kereta ternyata ibunya tetap nyusul, kasih bekal dan beberapa nasehat seperti makan yang teratur, bersihkan kamar kalau berantakan, dan kalau ada kecoa bunuh aja pakai sendal (si anak ini takut banget sama kecoa). Bagian ini ngingetin banget sama ibu, secara gue suka lupa makan, kamar sering berantakan, suka begadang, sering sakit-sakitan.


Selama hidup di Tokyo, Ma-kun banyak banget mengalami pasang surut kehidupan (kayak air laut aja hehehe). Mulai dari karyanya dianggap gak bagus, beli barang mahal eh ternyata kualitasnya jelek (mana sudah ngabisin uang dari ibunya), nyuri makanan sama teman se kost-nya, bolos kuliah sampai hampir di D.O, kena tipu investasi, gak punya duit buat bayar kost-an sampai diusir, sampai dia pakai uang simpanan terakhirnya buat main pachinko tapi kalah dan harus jadi gelandangan di jalan.

Yang bikin gue emosi kadang si Ma-kun lupa ibunya yang susah payah banting tulang sedangkan dia malah sibuk ngambur-hamburin uang. Dan tiba-tiba gue ingat betapa gue juga sering banget pakai duit beli hal-hal yang gak begitu penting buat gue, malas-malasan dan membuang-buang waktu untuk hal yang gak penting. Tapi untungnya setelah si Ma-kun sakit dan ibunya sempat ke Tokyo untuk ngurusin dia (padahal di situ si ibu baru habis kecelakaan), Dia sadar dan akhirnya bisa lulus kuliah.

Ma-kun sudah lulus lama tapi belum bisa dapat kerjaan tetap. Dia nggak pernah serius setiap kali kerja part-time jadi berenti mulu, mana ibu-nya sudah nggak ngirim uang. Singkat cerita si Ma-kun jadi gembel. Gak segaja teman kuliah-nya dulu, Na-kun, ketemu sama si Ma-kun, terus dia ngasih surat yang ketinggalan di kost-annya Ma-kun. Di situ, dia ngasih duit ke Ma-kun, tapi takut si Ma-kun tersindir dia niat simpan lagi uangnya, eh si Ma-kun malah narik uangnya. Pokoknya dia hopeless bangetlah nasibnya di situ. Dari beberapa surat itu, ada surat dari ibunya di desa, minta Ma-kun pulang karena neneknya sedang sakit parah dan ngirimin tiket kereta ke Ma-kun. Akhirnya si Ma-kun pulang ke desanya lagi, ketemu neneknya yang sudah sekarat. Si nenek ternyata selalu simpan koin 10 yen kesukaannya. Si nenek bertanya apa si Ma-kun selalu berusaha yang terbaik di Tokyo? Terus dia jadi ingat betapa dia banyak buat hal-hal yang gak berguna di sana, walaupun akhirnya dia bohong ke neneknya. Wajarlah ya, orang sudah sekarat begitu. Setelah itu si Ma-kun berjanji akan berusaha yang terbaik hingga akhirnya dia berhasil menjadi ilustrator di majalah berkat rekomendasi dari Na-kun.

Setelah punya pekerjaan, giliran Ma-kun untuk membalas jasa orang tuanya. Dia mengajak ibunya untuk tinggal bersama di Tokyo. Si ibu senang sekali mendapat tawaran dari itu, karena buat si ibu asal bersama Ma-kun dia sudah bahagia. Ahhh, kasih ibu memang tidak bisa ukur. Walaupun kehidupan mereka di Tokyo tidak selamanya mulus, soalnya si Ma-kun penyakit nyebelinnya masih suka kambuh, si ibu tetap betah tinggal di Tokyo. Soalnya dia punya beberapa anak-anak baru yaitu Bakabon (teman Ma-kun sejak masih di desa yang nyusul ke Tokyo), Leo (teman kost-an Ma-kun, yang bermasalah sama orang tuanya di Taiwan kalau nggak salah), si Preman (gue lupa siapa namanya, pokoknya dia juga temann kost nya Ma-kun yang sudah 10 tahun di usir dari rumah), sama si bapak-bapak yang gue juga lupa siapa namanya. Oia ada lagi, si cewek fotografer cantik yang bernama Minami juga (pacarnya si Ma-kun juga).





Sayang bahagia itu tidak forever exist ya, si ibu kena kanker. Dan saat itu si Ma-kun sadar banget kalau kasih ibu itu sepanjang masa, sedang kasih anak itu hanya sepanjang jalan. Pokoknya endingnya emosional banget. Petjah tanggul mata gue! ;A;

Seperti judulnya, sebenarnya cerita ini tidak cuma soal anak dan ibunya, kadang-kadang ada bagian yang ayahnya juga muncul. Salutnya, meskipun mereka pisah, si ibu dan ayah hubungannya masih baik banget, mereka malah masih saling sayang banget.


Cerita yang menonjolkan keindahan Tokyo Tower ini menurut gue wajib dinonton oleh seluruh anak di dunia, khususnya yang lagi merantau. Bisa ngasih efek untuk semangat dan gak malas-malasan lagi. Kalau yang lagi kerja skripsi, berasa di pacu untuk segera nyelesaiin skripsinya secepat mungkin gak dianggurin lagi (curhat).

p.s: kalau kalian yang mau nonton ini siapin mental kalian baik-baik dan waktu luang yang banyak soalnya ini drama bikin addict, gak bisa di tunda-tunda lanjut nontonnya.

Kamis, 05 Desember 2013

Official Goodbye

Pernah gak sih, kalian ngerasa pas kalian bangun dan rasanya ada yang berubah?

Aku tahu.

Entah kenapa dan sejak kapan, tiba-tiba saja ada suatu godam besar yang menghantam seolah mengejek: "Kau menyukainya, bodoh!". Yap, maybe I like him more than I plan.

Start from now, let's just call him: Mr. Blue.

Kita memang sudah saling kenal, so I can make sure it's not love at the first sight. Tapi kita hanya sebatas kenalan yang kalau ketemu di jalan akan berhenti sebentar untuk mengatakan hi dan melanjutkan perjalanan. Tapi dunia punya rencanya sendiri, yaitu membuat kami bicara lebih banyak dibandingkan biasanya. Dan juga membuat kami mendapat lebih banyak perhatian dari orang-orang sekitar kami. Well, setelah dipikir-pikir aku merasa ini juga salah satu penyebab aku mulai memperhatikannya mungkin. Tapi aku tidak mau begitu ambil pusing karena aku tahu dia orang yang baik sama semua orang. Sadly, being nice dan PHP itu batasnya tipis banget. Dan paling kacau dari itu semua, ada seseorang yang memberi saran: sabar, tunggu saja, pasti ada hadiah untuk orang sabar.

"And you thought it would be funny to keep me hanging in suspense."


Sementara aku jadi makin sering menunggu dan berpikir tentang dia, dunia bersekongkol mengkhianatiku. Lagi lagi aku tidak tahu kenapa tiba-tiba kami jadi lebih parah daripada dua orang yang tidak saling kenal. We avoiding each other for unknowing reason. Aku tidak mengerti dan tidak bisa mengerti, kenapa bahkan kita tidak bisa bilang hi ketika ketemu. Hey, kita bahkan tidak pernah ada dalam hubungan romantis, kenapa kita jadi seperti orang yang saling menyakiti dan putus begini, sih?

Sudah setahun berlalu. Semakin lama rasanya semakin membingungkan. I'm happy just by thinking of all old memories, but lately it becomes more hard and tiring for me. If this is what people called love, then I'm feeling so sick with this love. So now, I decide to stop waiting. He didn't even tell me to wait, so what the hell I'm doing here, huh? I don't want to be stupid anymore.

"As your sympathetic whispers they told a tale of bad goodbyes.As I take this piece of you with me I'll carry to my grave.And knowing that for someone you're an angel sent to save."


Aku sudah jadi cukup pintar sekarang, jangan terlalu erat ikatannya, nanti sakit. Lagi pula sudah menjadi hak setiap individu untuk merdeka. Biarkan saja, kalau sudah "rumahnya" tidak akan kemana-mana cinta itu. Bisa saja pergi jauh, tapi pasti pulang. Pasti pulang.

I already care, think, and spend my time too much for him. Now it's my time for me and all about myself. I want to pursuit my other dreams and happiness. Yang pasti-pasti saja, aku tidak mau lagi menghabiskan waktuku untuk sesuatu yang tidak pasti. Ah, also for THE ONE who never leave me and always been there to calm me down, Allah.

Allah sudah berjanji kalau akan ada seseorang yang juga sedang berlari ke arahku sekarang, yang tidak membuatku menunggu karena dia akan datang tepat pada waktunya. Orang yang kalau akau bisa semakin memperbaiki diriku, dia juga akan semakin memperbaiki dirinya. Dan walaupun orang itu bukan Mr. Blue, Allah berjanji aku tetap akan bahagia.

"So let's drink to memories we shared.Down one for all the hopes and cares.Here's two for being unaware that you're gone.Because before too long you'll be a memory."


The last, I want to officially say "Goodbye" to Mr. Blue. There's always good in goodbye so I hope you can live well because I will live well for sure too. Dan kalau pun kita memang bukan jodoh, aku harap jika suatu saat kita bertemu di suatu tempat dengan pasangan masing-masing (bahkan keturunan masing-masing mungkin), saat itu kita bisa saling menyapa dan tersenyum seperti dulu. Seperti saat tidak ada apa-apa di antara kita. Ya, di antara kita memang tidak ada apa-apa, kan? I will keep my feeling for you as my secret and  let it be unknown by you till the end. Alone

Makassar, 6 Desember 2013. 
One Man Drinking Games by Mayday Parade, a glass of hot green tea, and here I am
Mature author that choose to move on.



Kata Kata Kesepian

Setiap manusia adalah kekosongan, mereka saling mengisi satu sama lain. Sekalipun seseorang terlihat ceria dan berparas cerah dikala bersama. Tidak seorang pun tahu bagaimana dirinya saat sendiri, mengalami kesendirian.

Diwaktu dia sendiri duduk di dalam kamar, sendiri sewaktu menunggu angkutan kota yang tak kunjung datang, sendiri mendengarkan lagu dengan melodi lambat, sendiri menyantap makanan yang telah dingin, sendiri menikmati secangkir teh hangat di sudut ruangan, sendiri tenggelam dalam buku yang dibacanya, sendiri waktu malam hari yang sepi, sendiri waktu berada ditengah keramaian.

Setiap orang adalah kesepian, menutupi kesepiannya dengan berjumpa teman dekat serta kerabat. Kesepian yang tidak bisa hilang di kala malam datang, dikala waktu sendiri datang. Selalu mencari cara untuk membunuh kesepian. Entah dengan berimajinasi, bercanda atau bicara di dunia maya.

Tulisan adalah kata kata kesepian. Suara yang tidak keluar dan didengar siapapun. Berbicara dengan diri sendiri, atau mungkin mendengarkan diri sendiri. Kesepian adalah keniscayaan.

Ketika lahir pun seorang diri, matipun seorang diri. Sama-sama hidup di alam yang gelap seoarang diri. Kesepian ketika orang-orang dekat pergi, ketika waktu kebersamaan telah habis, ketika matahari tenggelam setiap hari.

Orang yang terbiasa dengan sepi akan jatuh cinta pada kesepian. Menyukai waktu-waktu yang tidak diganggu orang, menyukai perasaannya yang menjadi sendu, dan kesepian itupun menjadi candu. Agak mengherankan memang ketika seseorang begitu menikmati kesepian.

Laki-laki yang terlihat begitu gagahnya pun sejatinya adalah makhluk yang kesepian. Permpuan setegar apapun, juga makhluk yang kesepian. Kesepian yang hidup di dalam hatinya. Kekosongan yang tidak kunjung terisi.

Aku bertanya pada orang yang berlalu lalang. Dengan apa mengisi kosong, dengan apa membunuh sepi?

Orang-orang pun menjawab,”Dengan orang lain”.

Aku menjawab,”Aku tidak suka orang lain masuk ke dalam hidupku”.

Mereka menjawab lagi,”Jika begitu, jadikan dia tidak lagi sebagai orang lain dalam hidupmu”.


Kamis, 28 Februari 2013

Empty Memory



Dulu…
Saat itu aku terkurung dalam kegelapan
Mawar yang ku rawat dengan harapan tumbuh indah dan menghiasi hariku malah menjeratku dengan tangkai berdurinya.
Perasaan dibuang … Kesepian… Karena ditinggalkan
Menyakitkan… Kenyataan itu semakin menyakiti diriku
Walaupun begitu, sama sekali… tak bisa kuhentikan
Dan tanpa sadar aku mulai membenci diriku sendiri yang berpikir terlalu dangkal.
Itulah yang selalu ada dalam pikiranku dan pada akhirnya aku memilih untuk melindungi diri sendiri

Karena itulah, aku berpura-pura melupakan, yang ada di pikiranku hanyalah cara untuk melarikan diri
Menutup semua jalan menuju taman itu, menguncinya rapat-rapat. Lalu kubuang kunci itu jauh-jauh.
Aku hanya pintar melindungi diriku sendiri
Menjijikkan, bukan?

Selanjutnya, ku lewati hari-hari untuk mengubur diriku yang kubenci itu dan membunuh hatiku yang penuh luka. Aku menyembunyikan perasaanku yang sesungguhnya dan berpura-pura kuat.

Kini… aku menjelma mejadi wadah kosong. Tertutup rapat. Hampa. Perasaanku mati rasa.

Hanya memikirkan soal diriku sendiri.
Hanya menyesali perbuatan diri sendiri.
Hanya mengatakan yang ingin dikatakan.
Hanya melakukan yang ingin dilakukan.


Walaupun taman itu masih di sana dan mawar itu tidak melupakanku, tapi tidak tersisa kenangan indah apapun pada ku.
Tak peduli seberapapun aku berusaha mengingatnya kembali
Waktu berjalan telah memudarkan semuanya

Di dunia ini ada juga hal yang tidak akan bisa terulang untuk kedua kalinya. Seharusnya aku tahu itu

“Sesuatu yang hilang, tidak akan pernah bisa kembali.”

Aku… telah berubah menjadi “kenangan